Let's Move and Dance With Octo Dancer Family Guys!

Jumat, 11 Januari 2013

Januaria:'''')


Hap-hap-hap! Udah Januari aja ya:’) Berarti semakin dekat dengan UN 2k13. Betapaaaa~ Perjuangan jadi anak kelas sembilan mulai kerasa nih. Di mana cari nilai itu harus bener-bener di niatin. Nggak boleh ada main-main ini itu dan lain-lain. Dulu tuh, jaman-jamannya masih kelas tujuh kelas delapan, masih suka ngedumel kenapa liburan berasa cepet banget. Kenapa Cuma dua minggu dan harus berlangsung gitu aja. Berlalu gitu aja. Mengalir gitu aja. Kadang nih ya, hidup remaja tuh aneh. Percaya nggak percaya, sebenernya banyak, eh sorry ralat~ sebenernya banyak banget tanggungan yang bisa dikerjain pas liburan, tapi entah kenapa liburan panjang itu selalu mengalir gitu aja. Berasa dikasih oli gitu. Licin. Cepet banget keplesetnya.
Nah, kekosongan dan kehampaan itu mendorong rasa males luar biasa yang akhir-akhirnya Cuma berakhir dengan rebahan, dan berkelanjutan menjadi tidur. Well, ini nih yang kadang jadi masalahku. Kadang aku pengen gitu jadi Lily Early yang tiap hari belajar dan ngabisin waktu buat ngerjain tugas. Kadang aku juga bingung kok dia bisa kayak gitu. Hidupnya terdesain dengan sempurna sebagai seorang pelajar. Dan ya emang kenyataannya gitu. Dia memang terlahir untuk belajar._. *peace lho, Ly* Tapi dari dia juga nih aku belajar banyak tentang hidup(?) Aku lebih banyak belajar tentang hidup daripada tentang pelajaran. Kadang malah curhat tentang air, pintu, bunga, bahkan tentang orang lewat(?)
Aku mulai banyak baca lagi tentang karakter-karakter manusia. Entah kenapa, belakangan ini aku suka banget buat menganalisa karakteristik manusia. Kehidupan yang memaksa aku untuk ingin tau. Bertemu orang banyak dan bisa merasakan ap yang orang rasakan, ternyata asyik, dan mendorong aku untuk belajar lebih dalem tentang karakter manusia.
Pertama jelas aku belajar tetnang karakterku sendiri. Memahami diri sendiri selalu lebih susah dari memahami orang lain bukan? Kalo kata Proffesor Yohanes Surya, anak-anak akan lebih mudah memahami apa yang tidak dia alami, dan tidak dia rasakan, haha. Dan ternyata ya emang gitu. Setelah aku baca, browsing, dan mencernanya *berasa mau nelen sesuatu deh* ternyata aku jadi tau aku yang sebenernya. Banyak juga hal yang aku nggak tau tentang aku sendiri, haha. Dan ya itu yang membuatku kadang berhenti di awal, kadang macet di tengah, dan putus asa di belakang.
Nah, habis itu aku mulai belajar beberapa karakter orang dewasa yang menghiasi kehidupanku(?) *Berasa apa gitu ya bahasanya._. ‘Menghiasi’..* Ternyata emang gak berhasil. Ternyata emang salah mbandingin diri sama orang yang lebih dewasa. Pola pikir kita berbeda bung(?). Alhasil, aku berusaha belajar dari...... Rosma. Tadinya aku sempet belajar dari Early. Tapi setelah berfikir lebih lanjut, Early terlalu hebat untuk menjadi guru kehidupan._.
Rosma. Temen sebangku. Heboh. Asyik. Kadang marahan. Kadang nangis sama-sama. Kadang kerjasama ngerjain tugas yang sebenernya tugas individu, dan belajar. Effortnya Rosma dari awal sampe akhir ini tuh hebat. Aku bener-bener merhatiin dan bandingin dia yang dulu sama yang sekarang. Dulu dia ya dia, tapi sekarang dia udah berubah:’) Dia bisa belajar, dan jadi lebih baik. Nggak pantang menyerah, dan (kadang) bisa nerima (hampir) semua keadaan dengan baik, hihi. Dan dialah guru yang sedang gue ikuti sekarang.
Sebenernya tulisan ini emang gak jelas sih, tapi ya gimana ya. Aku pengen nulis aja, hihi. Sebenernya intinya adalah, aku udah belajar banyak hao tentang karakter manusia. Betapa mudahnya belajar dari orang lain dan betapa susahnya memandang diri sendiri. Iya kan?
Kadang, kita mudah memandang orang lain tanpa tau sisi belakang di balik tubuh orang itu. Tapi kita susah banget kalo disuruh ngeoiat ke diri sendiri. Kita gampang nyodorin orang kaca, tapi kita sendiri susah buat ngaca. Kita mudah membicarakan, mengungkit, dan mempermasalahkan masalah orang lain, tapi bisakah kita mempermasalahkan masalah kita sendiri dulu?
Dan itu yang bikin pola pikirku berulak-alik, berterbangan, dan melayang-layang. Perbedaan adalah hal paling bagus buat jadi sumber belajar. Buat apa kita belajar hal yang sama setiap waktu? Buat apa kita dapet hasil yang sama setiap waktu? Kenapa kita nggak berusaha dapet hasil yang lebih baik dengan belajar dari hal yang berbeda dari kita?
Belajar dari orang yang lebih mampu dari kita, belajar dari orang yang kurang mampu di banding kita, yang berbeda suku, berbeda kota, berbeda negara, berbeda usia, berbeda kepribadian, ber beda keyakinan, berbeda status sosial, berbeda keturunan, apa salahnya?
Intinya sih, di post kali ini, aku menyampaikan aspirasi dari anak kecil usia 11 tahun yang aku ajar. Namanya Windy Bernadetta Karolina, panggil aja dia Olin. Setelah dia baca rancangan post ini, dia nulis semacam rangkaian kalimat indah gitu, dan aku masih paragraf  empatnya. Kayak gini, “Aku berteman dengan siapa saja. Sekalipun seekor binatang, yang tidak bisa bicara denganku, asal dia bisa menghargaiku, dia temanku. Karena Tuhan menciptakan makhluknya dalam keadaan yang bermacam-macam, dan sebagai makhluk Tuhan yang berbakti, kami harus saling menerima, menghargai, dan saling menyayangi dalam perbedaan.”
Dan dari kalimat-kaimat Olin tadi aku mau ambil kesimpulan. Aku berteman dengan siapapun yang bisa menghargaiku. Meski berbeda keyakinan, musuh, narapidana, penyandang cacat fisik atau cacat mental, maupun orang tua atau balita. Tak ada alasan berbeda lalu tolak-menolak. Perbedaan adalah anugrah. Karena berbedalah kita belajar senantiasa menghargai, mengasihi, dan bertoleransi. Alasan kuat untuk tidak bergerombol dan mengeksplor kehidupan seluas-luasnya bukan?:)
Terimakasih telah membaca yaJ anggep aja post ini post biasa. Kritik dan saran selalu ditunggu. Maaf apabila terdapat ketidak runtutan dalam penulisan post ini. Karena post ini adalah curahan pemikiran belaka. Hihi. Dadaaaaaaaaah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar