Menulis = Merubah Peradaban
Sebagian orang bilang, menulis itu menorehkan tinta di
atas kertas, tapi enggak juga sih. Menulis itu, mmm, menulis itu.. bentar, tak
buka buku dulu *brb buka buku*, nah menulis itu merangkai jalan hidup! Kok
bisa? Menulis kan dilakukan oleh dua benda mati yang disebut pena dan kertas,
kok bisa merangkai jalan hidup? Berarti tulisannya bikin jalan gitu?
BUKAN! Maksud dari menulis itu merangkai jalan hidup adalah menulis
merupakan kegiatan yang bisa mengubah diri sendiri dan orang lain. Apa
hubungannya sama hidup? Kalo kita bisa membantu seseorang menjadi lebih baik,
berarti kita juga merubah hidup kita menjadi lebih baik. Menulis yang
sesungguhnya bukan cuma untuk popularitas, dan royalty. Tujuan menulis itu
banyak, tergantung kita mau ngapain dari menulis itu. Menulis itu bisa
bertujuan memberi ilmu, popularitas, materi, kepuasan jiwa, dan lain-lain,
bahkan bisa saja merubah peradaban dunia.
Ha? Mengubah peradaban dunia? Ahmasa?
Jawabannya IYA.
Kita ambil contoh yang gampang aja deh, misalkan Harry Potter. Siapa sih yang
nggak tau Harry Potter? Kisah remaja yang memiliki kekuatan sihir yang kuat dan
berusaha menghancurkan si Lord Voldemort. Kisah ini ditulis seorang wanita dari
pedalaman Inggris yang biasa kita panggil dengan tante J.K. Rowling. Betapa
hebatnya karyanya, sampai-sampai penulis dari pedalaman inggris bisa dikenal anak
pedalaman Sleman. Karyanya yang luar biasa seakan menjadi kisah tren di dunia,
dan semua penduduk dunia harus membaca kisah Harry Potter ini.
Inilah yang dimaksud mengubah peradaban. Sebagian
besar kecerdasan anak negeri bergantung pada kemampuan membacanya. Apabila
tidak ada bacaan yang sehat untuk mereka baca, maka peradaban selanjutnya akan
membina anak-anak yang kurang kemampuannya dalam membaca. Informasi yang
menjadi tolok ukur kemajuan bangsa pada era ini terkesan susah banget kalo
diterapkan di Indonesia. Mengingat survey dari Lembaga Pendidikan Asia
mengatakan bahwa anak Indonesia hanya memiliki minat baca sebesar 51,7%, masih
kalah jauh dengan Hongkong yang minat bacanya 75%.
Minat baca tidak akan timbul kalo minat menulisnya
juga sedikit. Apa yang mau dibaca kalo nggak ada tulisan yang bisa dibaca? Apa
yang mau ditulis kalo nggak ada yang dibaca? Saling keterkaitan antara menulis
dan membaca itu sangat erat dan nggak mungkin dipisahkan, kayak lagunya Cinta
Kuya.
Adanya perubahan beradaban juga timbul dari kisah masa
lalu. Dulu waktu kecil kita sering dibacakan cerita anak oleh orangtua kan?
Misalnya aja Kancil Mencuri Ketimun, Bawang Merah Bawang Putih, Sangkuriang,
dan lain sebagainya. Nah, ini nih, yang membentuk peradaban kita sekarang.
Pernah nggak kita berfikir, kok tiba-tiba banyak
koruptor di Negara kita? Nah, sekarang kita kembali deh ke cerita masa kecil
kita. Kisah Kancil Mencuri Ketimun tadi jadi inspirasi mereka untuk jadi
koruptor. Meski memang mengandung nilai moral di dalamnya, secara tidak
langsung, anak-anak yang belum paham tentang kisah tersebut jadi salah dalam
menerapkan nila-nilai cerita anak tersebut.
Maka dari itu, buat temen-temen yang bercita-cita
menjadi penulis, atau yang suatu saat nanti ingin menulis suatu kisah, buatlah
kisah yang bisa merubah peradaban bangsa lebih baik, dan memasukkan nilai-nilai
karakter yang dimiliki Indonesia. Kalau bukan kita generasi muda yang merubah,
siapa lagi?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar